Minggu, 13 Desember 2015

Asuhan Keperawatan Sindroma Nefrotik

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Sindroma nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan lipiduria (Prodjosudjadi, 2007). Penyebab primer sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun. Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun penyakit ini banyak ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan. (Gunawan, 2006) Angka kejadian SN pada anak tidak diketaui pasti, namun laporan dari luar negeri diperkirakan pada anak usia dibawah 16 tahun berkisar antara 2 sampai 7 kasus per tahun pada setiap 100.000 anak (Pardede, 2002). Menurut Raja Syeh angka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk (Republika, 2005). Sedangkan kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Untuk kejadian di Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung mulai dari tahun 2006. (Israr, 2008)
Sifat khusus dari penyakit sindrom nefrotik adalah sering kambuh, sering gagalnya pengobatan dan timbulnya penyulit, baik akibat dari penyulitnya sendiri maupun oleh karena pengobatannya. Penyulit yang sering terjadi pada sindrom nefrotik adalah infeksi, trombosis, gagal ginjal akut, malnutrisi, gangguan pertumbuhan, hiperlipidemia dan anemia. Infeksi merupakan penyulit yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang bermakna. Bentuk infeksi yang sering dijumpai pada sindrom nefrotik adalah peritonitis, infeksi saluran kemih, dan sepsis. Obat-obat yang digunakan untuk terapi penyakit ini pada umumnya sangat toksik seperti kortikosteroid dan imunosupresant. Pemakaian kortikosteroid dosis tinggi dalam waktu yang lama dapat menekan sistem imun (imunocompromised) dan menimbulkan berbagai efek samping yang merugikan seperti munculnya infeksi sekunder. Infeksi yang tidak ditangani sebagaimana mestinya akan mengakibatkan kekambuhan dan resisten terhadap steroid (Arcana, 2000). Mortalitas dan prognosis anak dengan sindrom nefrotik bervariasi berdasakan etiologi, berat, luas kerusakan ginjal, usia anak, kondisi yang mendasari dan responnya terhadap pengobatan. Namun sejak diperkenalkannya kortikosteroid, mortalitas keseluruhan sindrom nefrotik telah menurun drastis dari lebih dari 50% menjadi sekitar 2-5%. (Wirya, 2002)

C. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Memperoleh gambaran dan pengalaman yang nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada Pasien. D dengan sindrom nefrotik
2.  Tujuan Khusus
a.       Melakukan pengkajian pada An. D dengan sindroma nefrotik di bangsal Anggrek RSUD Sragen.
b.      Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawataan pada pasien dengan sindroma nefrotik di bangsal Anggrek RSUD Sragen.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
ü  Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004 : 550).
ü  Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001: 217).

B.     Etiologi
Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a.       Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi  fetomaterna
b.      Sindrom nefrotik sekunder disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion,    penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
c.       c.Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
                
C.    Patofisiologi
Edema permebilitas dinding kap. Glomerolar ---loss of protein (proteinuria)---hipoalbumin----tek os plasma ----cairan intra vaskuler pindah ke interstisial ---edema  vol intra vas. <, ----penurunan perfusi ginjal---kompensasi produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan edema.Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotik plasma.Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria).Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Suriadi dan Rita yuliani, 2001 :217 )

D.    Manifestasi klinik
Manifestasi utama sindrom nefrotik adalah edema. Edema biasanya bervariasi dari bentuk ringan sampai berat (anasarka). Edema biasanya lunak dan cekung bila ditekan (pitting), dan umumnya ditemukan disekitar mata (periorbital) dan berlanjut ke abdomen daerah genitalia dan ekstermitas bawah. Penurunan jumlah urin : urine gelap, berbusa, Pucat Hematuri Anoreksia dan diare disebabkan karena edema mukosa usus. Sakit kepala, malaise, nyeri abdomen, berat badan meningkat dan keletihan umumnya terjadi.Gagal tumbuh dan pelisutan otot (jangka panjang), (Betz, Cecily L.2002 )

E.     Pemeriksaan Penunjang.
·         Uji urine
1)Protein urin – meningkat
2)Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
3)Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
4) Berat jenis urin – meningkat
·         Uji darah
1)Albumin serum – menurun
2)Kolesterol serum – meningkat
3)Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
4)Laju endap darah (LED) – meningkat
5)Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan.
·         Uji diagnostik Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz, Cecily L, 2002 : 335).

F.     Penatalaksaan medis
Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan menghindar makanan yang diasinkan. Diet protein 2 – 3 gram/kgBB/hari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Riwayat :
o   Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
o   Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini?
o   Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
o   Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.

2.      Riwayat penyakit saat ini:
ü  Keluhan utama
ü  Alasan masuk rumah sakit
ü  Faktor pencetus
ü  Lamanya sakit

3.      Pengkajian sistem
·         Pengkajian umum: TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada(terkait dgn edema).
ü  Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
ü  Sistem pernafasan :  kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada, cuping hidung.
ü  Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
ü  Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
ü  Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
4.      Pengkajian keluarga
ü  Anggota keluarga
ü  Pola komunikasi
ü  Pola interaksi
ü  Pendidikan dan pekerjaan
ü  Kebudayaan dan keyakinan
ü  Fungsi keluarga dan hubungan

B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kehilngan nafsu makan
2.      Nyeri/ gangguan rasa nyaman berhubungan dengan asites
3.      Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
  1. Resiko infeksi b/d terapi immun osuppresivedan hilangnya gama globuli
C.    Intervensi Keperawatan
1.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d kehilngan nafsu makan
Tujuan           : pasien mendapatkan nutrisi optimal
Kriteria hasil : anak mengkonsumsi jumlah makanan bernutrisi yang adekaut

Intervensi
ü  Beri makanan sedikit tapi sering
ü  Berikan makanan special( yang diseuakai anak) dan dengan cara yang menarik
ü  Puji anak atas apa yang mereka makan pujian
ü  Libatkan anak dalam pemilihan makanan
Rasional
ü  Meminimalkan anoreksia dan mual sehubungan dengan status uremik atau menurunkan peristaltik
ü  Merangsang nafsu makan anak sehingga anak mau makan
ü  Pujian dapat berupa motivasi agar anak mau makan
ü  Anak dapat memilih makanan sesuai  dengan yang diinginkan

2.      Nyeri /gangguan rasa nyaman b/d asietas
Tujuan           : menyatakan nyeri hilang
Kriteria hasil : meninggkatkan kenyaman pasien

Intervensi
ü  Izinkan pasien untuk memulai posisi yang nyaman
ü  Berikan tindakan nyaman aktifitas senggang
ü  Beriakn dureik sesuai instruksi
Rasional
ü  Menurunkan tegangan abdomen dan meningkatkan rasa control
ü  Meningkatkan relaksasi, memfokuskan kembali perhatian dan meningkatkan kemampuan koping
ü  Pemberian diuretik dimaksud untuk memberikan penghilangan sementara dari edema sehingga asites berkurang

3.      Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
Tujuan : integritas kulit terjaga.
KH : Tidak ada tanda kemerahan, lecet dan tidak terjadi tenderness bila disentuh.
Intervensi :
ü  Mengatur atau merubah posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi.
ü  Pertahankan kebersihan tubuh anak setiap hari dan pengalas tempat tidur.
ü  Gunakan lotion bila kulit kering.
ü  Kaji area kulit : kemerahan, tenderness dan lecet.
ü  Support daerah yang edema dengan bantal.
ü  Lakukan aktifitas fisik sesuai dengan kondisi anak.

4.      Resiko infeksi b/d terapi imunosuppresive dan hilangnya gama globulin.
Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil :
·         Hasil laborat ( leukosit ) dbn
·         Tanda- tanda vital stabil
·         Tidak ada tanda – tanda infeksi
Intervensi :
·         Mencuci tangan setiap akan kontak dengan anak
·         Kaji tanda – tanda infeksi
·         Monitor tanda – tanda vital
·         Monitor pemeriksaan laboratorium
·         Kolaborasi medis untuk pemberian antibiotik












BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004 : 550). Sebab pasti belum diketahui. Umunya dibagi menjadi :
a.       Sindrom nefrotik bawaan Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi  fetomaterna
b.      Sindrom nefrotik sekunder disebabkan oleh parasit malaria, penyakit kolagen, glomerulonefritis akut, glomerulonefrits kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia (trimetadion, paradion,    penisilamin, garam emas, raksa), amiloidosis, dan lain-lain.
c.       Sindrom nefrotik idiopatik (tidak diketahui penyebabnya).
Edema permebilitas dinding kap. Glomerolar ---loss of protein (proteinuria)---hipoalbumin----tek os plasma ----cairan intra vaskuler pindah ke interstisial ---edema  vol intra vas. <, ----penurunan perfusi ginjal---kompensasi produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air.
Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan integritas kulit b/d edema dan menurunnya sirkulasi.
2.      Resiko infeksi b/d terapi immunosuppresivedan hilangnya gama globulin.
3.      Resiko kurangnya volume cairan (intravaskuler) b/d proteinuria, edema dan efek diuretik.
4.      Resiko kelebihan volume cairan b/d retensi sodium dan air.
5.      Kecemasan pada anak dan keluarga b/d hospitalisasi pada anak.

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L dan Sowden, Linda L. 2002.Keperawatan Pediatrik, Edisi 3,EGC : Jakarta
Rauf , Syarifuddin, 2002, Catatan Kuliah Nefrologi Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak, FK UH : Makssar

Smeltzer, Suzanne C, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Volume 2, EGC : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar